SURABAYA – Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya merupakan salah satu rumah sakit yang menjadi rujukan warga Surabaya. Terletak di Jalan Jemursari nomor 51-57, Surabaya, rumah sakit ini sejak Juni silam telah bisa melakukan operasi jantung menggunakan teknologi canggih  cath lab, untuk masyarakat yang menggunakan fasilitas BPJS. Adalah Profesor Rochmad Romdoni, yang saat itu menjabat direktur RS Jemursari, yang memperjuangkan agar cath lab di rumah sakit yang berdiri sejak 2002 tersebut bisa menerima  pasien BPJS.

 

Harapan itu tercapai, setelah dua tahun menunggu, begitu Direktur Utama BPJS berganti kepada Prof. Ali Ghufron. Beberapa bulan setelah duduk sebagai dirut BPJS, Ali Ghufron melakukan kunjungan ke sejumlah rumah sakit di Jawa Timur, termasuk RS Jemur Sari. Beberapa bulan kemudian, pada Juni 2021, BPJS pun mengizinkan RS Jemursari cath lab-nya menerima pasien BPJS. Jelas ini sangat membantuk pasien BPJS karena jika dengan biaya sendiri, ongkos tindakan atas jantung ini bisa mencapai puluhan juta rupiah.

 

Namun, kendati sudah berjalan hampir setengah tahun rupanya jumlah pasien BPJS denga gangguan jantung yang  dioperasi di rumah sakit ini sangat minim. Padahal pasien jantung yang berobat ke poliklinik terhitung tetap banyak –sama halnya dengan sebelum cath lab rumah sakit ini diizinkan  menerima pasien BPJS. “Jumlah pasien yang berobat ke poliklinik setiap bulan bisa ratusan atau bahkan seribu lebih,” ujar sumber Fokussehatnews. RS Jemursari memiliki tujuh dokter ahli jantung.

 

Lalu berapa pasien jantung BPJS yang dilakukan tindakan menggunakan cath lab? Mohon tak terkejut, rata-rata setiap bulan hanya satu atau dua pasien. Satu-satunya yang terhitung “banyak” hanya pada November ini, yakni, enam pasien. Tentu ganjil jika melihat melimpahnya pasien jantung yang berobat di RS ini dibanding yang kemudian dioperasi dengan fasilitas cath lab. Sejumlah sumber media ini menyebut persoalannya bukan pada pasien karena sesungguhnya pasien yang perlu tindakan terhitung banyak.

 

Dihubungi Fokussehatnews, Profesor Romdani, yang kini aktivitasnya lebih banyak mengajar di Fakultas Kedokteran Unair menyatakan jika kondisinya demikian, semestinya pimpinan rumah sakit tersebut memaggil dokter-dokter jantungnya untuk memotivasi mengirim pasien jantung yang perlu tindakan ke dokter jantung intervensi.

 

Wakil Direktur RS Jemursari  Dyah Yuniati tidak membantah jika pasien BPJS yang dioperasi menggunakan fasilitas cath lab sangat rendah. Menurut dia, jumlah sedikit itu karena pandemi. “Oktober baru surut pandeminya, sekarang sudah enam pasien,” ujarnya, Senin, 15 November 2021. Ia menyebut ada sejumlah penyebab lain kenapa rendahnya jumlah pasien itu. “Alat kami KSO, ada kebijakan-kebijakan yang harus kami samakan persepsinya,” ujarnya. Ia menyatakan pihak RS Jemursari sudah semaksimal mungkin berupaya  agar pelayanan rumah sakit ini memuaskan publik. Dyah benar jangan sampai kebijakan rumah sakit membuat pasien jantung kehilangan haknya untuk berobat atau harus antre lama untuk diambil tindakan. [fokussehatnews]

 

 

 

 

Jakarta – Wakil Ketua Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat, Abdul Hadi Wijaya menegaskan pembicaraan soal anggaran pembelian cath lab untuk RSUD Kota Bogor belum dibahas. Ia mengaku pada 2021 pembicaraan soal pembelian itu pernah ada, tapi kemudian “disetip” karena konsentrasi anggaran diperuntukkan untuk penanganan Covid-19. “Memang ada ajuan dari RSUD kota Bogor ke Provinsi,” kata wakil rakyat dari Partai Keadilan Sejahtera ini Kamis lalu.

 

Abdul Hadi Wijaya, Anggota DPRD Jawa Barat

Sebelumnya sebuah sumber dari RSUD Kota Bogor bercerita perihal rencana pembelian cath lab bi-plane yang akan meminta anggaran ke Provinsi Jawa Barat. Sumber ini menyebut permintaan itu sebenarnya tak perlu mengingat yang mendesak diperlukan rumah sakit itu bukanlah cath lab be plane. “Cath lab yang ada, Cath lab single-plane, masih sangat bisa mengatasi pasien jantung, juga pasien jantung anak-anak. Mestinya anggaran yang diperlukan adalah untuk memperbaiki sarana dan fasilitas rumah sakit untuk kenyamanan pasien,” kata sumber ini ke Fokussehatnews.com.

 

Sumber ini menyanggah jika cath lab yang sekarang tersedia tidak bisa digunakan untuk anak-anak sehingga diperlukan cath lab bi-plane. “Itu pendapat salah, cath lab yang ada bisa digunakan untuk anak-anak juga,” tegasnya.

 

Abdul Hadi Wijaya menyatakan pihaknya memang belum memutuskan apakah akan memberi bantuan anggaran ke RSUD Kota Bogor itu atau tidak. Hanya, memang permintaan dari RSUD Kota Bogor adalah cath lab untuk pasien anak. Menurut dia, sebagai wakil rakyat pihaknya sangat concern pada permasalahan kesehatan, khususnya di Jawa Barat. “Saya terimakasih atas masukan soal  catb lab ini, kami akan kunjungi RSUD Kota Bogor nanti, supaya semuanya jelas,” ujarnya.

 

RSUD Kota Bogor sendiri baru resmi menjadi Rumah Sakit Pemerintah Kota Bogor pada 2014 silam. Sebelumnya rumah sakit ini bernama RS Karya Bhakti dan dikelola Yayasan Karya Bhakti.

 

Dihubungi secara terpisah, humas RSUD Kota Bogor, Mia, menyatakan pihaknya tidak tahu perihal adanya pengajuan cath lab anak-anak ke DPRD Provinsi Jawa Barat. Ia mengakui pasien jantung di RSUD Bogor bisa diobati di RS ini karena RSUD Kota Bogor memiliki cath lab. []

 

 

Palembang- Sudah hampir dua tahun RS Siti Khadijah, Palembang, menunggu izin BPJS Kesehatan agar pasien jantung BPJS bisa dioperasi di rumah sakit itu.

Selama ini cath lab rumah sakit tersebut hanya untuk pasien non BPJS, padahal banyak pasien BJPS yang berharap bisa dioperasi di rumah sakit tipe B ini.

BPJS memberi syarat rumah sakit ini mesti memiliki dokter tetap. Sebelumnya, ada sejumlah dokter ahli jantung yang diharapkan bisa mengoperasi penyakit jantung pasien BPJS dan karena itu BPJS bisa mengeluarkan izin untuk itu. Ternyata BPJS mensyaratkan dokter di rumah sakit tersebut mesti dokter tetap, Di Palembang sendiri dokter ahli jantung  seluruhnya terserap di rumah sakit pemerintah.

Kini langkah yang dilakukan RS Siti Khadijah merekrut dokter ahli jantung swasta dari Jambi dan menawarkannya sebagai dokter tetap rumah sakit itu. “Kami berharap dengan demikian, tidak ada alasan lagi BPJS tidak menurunkan izin rumah sakit ini bisa menerima pasien BPJS untuk melakukan tindakan jantung di sini,” kata juru bicara RS Siti Khadijah, Ariesto Martinos. []

 

POST TAGS: