Jakarta  – Tibanya Cath Lab baru di RSUD Ciawi yang terletak di Jalan Raya Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor telah menuai kontroversi di saat pemerintah sibuk dalam penanganan Covid-19 yang membutuhkan pembelanjaan besar. Saat ini sebenarnya  RSUD Ciawi telah memiliki layanan Cath Lab melalui pihak ke-3 dengan bentuk kerja sama operasional (KSO) dengan alat yang terhitung baru juga. Kerja sama ini tanpa pembiayaan pembeliaan alat yang dibebankan kepada pihak RS.

 

Kepada wartawan, saat ditemui di gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Pimpinan perusahaan KSO SMU Healthcare, Edward, menjelaskan seputar kerjasama dengan pihak RSUD Ciawi.

“Hubungan kami baik kok dengan managemen RS Ciawi. Rata-rata pasien Cath Lab  sampai Oktober sekitar 35 orang.  Khusus November, ada 82 pasien. Kalau kemampuan kapasitas mesin Cath Lab yang ada ini (hasil KSO, red) belum kewalahan karena kapasitas per mesin bulannya di angka 150,” kata Edward. Ketika ditanya terkait kenapa pihak RS membeli alat Cath Lab tambahan dengan merk Philips, Edward engan untuk berkomentar karena menurutnya itu adalah kebijakan internal rumah sakit.

 

Perihal adanya Cath Lab baru pada rumah sakit Ciawi ini, kepada Fokusehatnews, seorang pengamat kesehatan bidang intervensi jantung mengatakan, “tidak perlu ada alat Cath Lab baru kalau masih performa jumlah pasien seperti itu. Tunggu konstan dulu paling tidak mendekati 80% dari kapasitas alat yang ada, baru opsi pengadaan diajukan. Apalagi di RS yang sudah punya,” katanya.  Menurut dia sebaiknya  “titik”  alat Cath Lab baru ada di lokasi yang lain sehingga radius jangkauan bisa semakin besar. “Ini mempermudah pasien ketimbang harus jauh-jauh ke titik yang sama,” katanya.

 

Sebelumnya, Kepala RS Ciawi, Dokter M. Tsani menyatakan sebagai rumah sakit rujukan, kebutuhan Cath Lab ini sudah dilakukan kajian. “Cath Lab ini diperlukan juga untuk pelayanan vascular, pelayanan bedah syaraf, pelayanan urologi, pelayanan manajemen nyeri intervensi dan  pelayanan radiologi intervensi,” katanya. Di luar itu, ujarnya, juga untuk meningkatkan pelayanan cito atau emergensi 24 jam.

 

Pernyataan Tsani sebelumnya ini telah menuai kritik baik akan penggunaan anggaran kesehatan di kabupaten bogor.  Seorang pengamat kesehatan menyatakan bahkan menyatakan,kehadiran alat Cath Lab baru ini bisa menjadi ajang transaksi yang dipertanyakan dan harus diaudit oleh BPK. Ia menyarankan, proses izin Bapeten nya ditangguhkan sampai pemeriksaan selesai atau kebutuhan pasien sudah tidak bisa terlayani. “Sebaiknya alat ini dipindahkan ke RS lain di kabupaten yang sama, namun yang telah mencapai tahap kesulitan dalam memenuhi pelayanan,”  ujarnya.

 

Anggota DPRD Kabupaten Bogor yang juga Ketua  Komisi IV, Muadz Khalim,  menyatakan pihak RS Ciawi sudah memberitahu perihal kehadiran Cath Lab baru dan tujuan alat itu di RS Ciawi. “Sudah saya panggil direkturnya,” kata Khalim, wakil rakyat dari Fraksi PDIP yang dikenal sosok pembela masyarakat kecil ini.

Sebagai catatan Cath Lab baru miliki RS Ciawi ini, menurut pengamat kesehatan tersebut,  menghabiskan dana sekitar Rp 20 miliar. Nilai itu belum termasuk biaya renovasi dan persiapan lainnya. “Biaya servis kontrak setelah garansi habis, per tahunnya bisa mencapai 10% harga dari alat. Karena itu, pembelian alat ini dinilai sebenarnya masih tak diperlukan,”  kata pengamat kesehatan tersebut .[]