Klaten – Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Gedung Onkologi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (19/12). Pembangunan bertujuan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi kanker, salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Menteri  menyatakan bahwa kanker saat ini menempati posisi ketiga dalam daftar penyakit penyebab kematian di Indonesia. Namun, angka kasusnya terus meningkat, terutama karena deteksi dini yang sering terlambat.

“Mungkin jika kanker dideteksi lebih dini dengan teknologi yang ada saat ini, pengobatannya memiliki peluang besar untuk sembuh,” ujar Menkes Budi di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (19/12).

Sebagai langkah antisipasi, Menkes Budi menekankan pentingnya deteksi dini kanker. Tidak hanya rumah sakit pemerintah, tetapi juga rumah sakit daerah akan dilengkapi dengan peralatan untuk deteksi dini kanker. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan angka kesembuhan pasien kanker di Indonesia.

Menkes juga mengapresiasi desain Gedung Onkologi yang sedang dibangun. Gedung ini dirancang dengan baik dan akan dilengkapi alat-alat medis yang canggih. Ia juga menekankan bahwa alat-alat tersebut tidak hanya difokuskan pada pengobatan, tetapi juga pada deteksi dini kanker dan layanan patologi anatomi yang telah memenuhi standar internasional.

“Alat-alat deteksi ini harus sudah tersedia dan kami akan memastikan kualitasnya yang terbaik, agar bisa mendeteksi kanker lebih dini. Dengan teknologi yang tepat, kita bisa memberikan pengobatan yang lebih efektif,” kata Menkes Budi.

Ia juga menegaskan bahwa RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro harus memiliki kualitas layanan dan fasilitas yang lebih unggul dibandingkan rumah sakit provinsi. Ia berharap standar pelayanan di rumah sakit ini dapat setara dengan rumah sakit terkemuka lainnya di Indonesia.

Menkes juga menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu medis dalam menangani kanker. “Pengobatan kanker tidak bisa dilakukan hanya oleh satu spesialis. Harus ada kerja sama antara ahli bedah, patologi anatomi, dan onkologis,” tegasnya.

Pengobatan kanker memerlukan koordinasi erat antara berbagai bidang, seperti radioterapi, radio-onkologi, dan onkologi medis. Menurutnya, pengobatan yang paling efektif hanya dapat dicapai dengan menggabungkan berbagai keahlian untuk memberikan perawatan terbaik kepada pasien.

Menkes Budi berharap semua tenaga medis, termasuk dokter dan ahli, dapat terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka serta berkoordinasi dengan baik dalam penanganan kanker. Hal ini diharapkan dapat memberikan standar pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat.

Menkes Budi juga menyampaikan harapannya agar pembangunan Gedung Onkologi ini dapat berjalan lancar dan selesai tepat waktu. “Semoga pembangunan ini bisa cepat selesai dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat,” katanya.

Pembangunan Gedung Onkologi ini diharapkan dapat menghadirkan pelayanan kanker yang lebih paripurna, tidak hanya untuk masyarakat di wilayah Klaten dan sekitarnya, tetapi juga bagi seluruh Indonesia. Dengan adanya fasilitas yang lebih baik, diharapkan angka kesembuhan pasien kanker dapat meningkat secara signifikan.

 

POST TAGS:

Jakarta – Penyakit kanker di Indonesia menjadi penyakit silent killer ketiga setelah stroke dan penyakit jantung. Kanker menjadi penyakit yang fatal karena seringkali tidak terdeteksi hingga sudah mencapai stadium lanjut, padahal seharusnya kanker dapat dicegah melalui deteksi dini. Hanya saja, dibutuhkan teknologi yang mampu mendukung pendeteksian dini tersebut.

Penyakit kanker merupakan penyakit yang memerlukan biaya tinggi dalam pengobatannya. Dengan adanya deteksi dini, diharapkan kanker dapat terdeteksi sejak awal, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan lebih rendah dan tingkat kesembuhan juga lebih tinggi.

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPOM RI, L Rizka Andalusia, Kamis, awal bulan lalu menghadiri Groundbreaking Fasilitas Produksi Radioisotop dan Radiofarmaka di PT Kalventis Sinergi Farma. Dalam kesempatan tersebut, BPOM turut serta dalam prosesi peletakan batu pertama pendirian fasilitas bersama dengan Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin dan Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Ishak.

Radiofarmaka merupakan produk hasil perkembangan teknologi kedokteran nuklir yang saat ini tengah dikembangkan untuk dimanfaatkan dalam tujuan diagnostik, termasuk untuk mendeteksi dini penanda kanker di dalam tubuh. Selain itu, radiofarmaka juga dapat digunakan untuk pemeriksaan fungsi organ tubuh, pemeriksaan untuk tujuan terapetik dan pemeriksaan untuk keperluan penyembuhan/terapi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (paliatif).

Untuk itu, pemerintah berusaha mengadakan radiofarmaka sebagai terapi yang diharapkan lebih efektif dan tepat sasaran untuk kanker, salah satunya melalui linear accelerator (LINAC) yang akan disediakan di 34 provinsi di Indonesia. “Tapi sebelum terapi dengan LINAC, perlu ada teknologi lain untuk mendiagnosis penyebaran kanker yaitu Positron Emission Tomography Scan (PET Scan). Alat ini membutuhkan siklotron yang membutuhkan isotop Galium-68 (68GA) dan Fluorin-18 (18F). Isotop untuk kebutuhan terapetik bagi penderita kanker berbeda yaitu dengan Lutesium-177 ,” kata Budi Gunadi Sadikin, 1 Feb 2023.

Mengingat radiofarmaka sebagai jenis terapi berisiko tinggi karena menggunakan bahan radioaktif dalam pembuatannya, maka adanya regulasi yang jelas sangat dibutuhkan untuk memastikan radiofarmaka aman digunakan. Terkait hal ini, Plt. Kepala BPOM menyebut bahwa BPOM sangat mendukung setiap upaya pengembangan produk radiofarmaka di dalam negeri. Berbagai regulasi juga sedang dipersiapkan BPOM agar industri farmasi dapat memperhatikan aspek keamanan dan mutu produk radiofarmaka.

“Regulasi ini dibutuhkan karena produk radiofarmaka memiliki keunikan tersendiri, yaitu memiliki dosis sangat kecil, waktu paruh yang pendek, dan keterbatasan peredaran. BPOM akan terus mengawal untuk memastikan pemenuhan aspek keamanan, mutu, dan khasiat produk melalui penerapan good laboratory practices, good clinical practices, dan good manufacturing practices,” ujar L. Rizka Andalusia.

Menurut dia  BPOM juga telah menjalin kerja sama dengan BAPETEN supaya deteksi dini dan terapi dengan memanfaatkan radiofarmaka bisa segera berjalan. Kami juga telah melakukan benchmarking ke sejumlah negara, seperti Australia dan Singapura, yang sudah memanfaatkan radiofarmaka. (BPOM)

POST TAGS: