Jakarta – Kepala BPOM Taruna Ikrar mengajak influencer dan content creator kosmetik untuk berkolaborasi mengoptimalkan edukasi kepada masyarakat mengenai pemilihan kosmetik yang aman melalui kegiatan “Dialog Interaktif Kosmetik Aman dan Berdaya Saing” yang digelar pada Jumat (17/1/2025). Selain untuk edukasi, kolaborasi ini bertujuan sebagai langkah strategis untuk menciptakan iklim usaha kosmetik yang kondusif, terutama untuk produk dalam negeri, dengan mendorong influencer/content creator kosmetik untuk selalu melakukan reviu yang komprehensif dan sesuai ketentuan.

Tujuan kegiatan ini didasari  perkembangan reviu para influencer/content creator kosmetik yang marak beredar di media sosial. BPOM mencermati bahwa di satu sisi eksistensi reviu tersebut berdampak positif terhadap edukasi masyarakat mengenai keamanan, manfaat, dan mutu kosmetik. Namun di sisi lain, BPOM juga mencatat beberapa reviu yang dilakukan tidak komprehensif dan bahkan melanggar ketentuan.

Fenomena konten reviuw mengenai produk kosmetik sangat bervariasi. Isi konten mulai dari edukasi penggunaan kosmetik secara aman dan sesuai dengan kondisi kulit hingga ulasan hasil uji mandiri para influencer/content creator terhadap produk kosmetik tertentu yang diduga mengandung bahan berbahaya maupun klaim berlebihan (overclaim). Ulasan tersebut dikemas mengikuti tren sehingga menarik perhatian masyarakat dan dapat memengaruhi preferensi masyarakat dalam memilih kosmetik.

Sesuai aturan, pernyataan yang bersumber dari hasil pengujian laboratorium bersifat rahasia, untuk pihak yang bertanggung jawab, dan tidak untuk dipublikasikan. Pemilik izin edar sebagai pihak yang bertanggung jawab dapat melakukan pengujian terhadap produk yang dimilikinya di laboratorium yang terakreditasi untuk kepentingan sendiri agar kosmetik tersebut senantiasa memenuhi persyaratan.

Terhadap pihak yang tanpa kewenangan memviralkan hasil pengujian, maka tindakan tersebut termasuk sebagai pelanggaran dan  akan ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku termasuk proses pro-justitia.

“Kewenangan untuk mengumumkan hasil pengawasan produk kosmetik hanya dimiliki oleh BPOM,” ucap Kepala BPOM Taruna Ikrar saat berdialog dengan 35 orang influencer/content creator kosmetik yang hadir pada kegiatan di Aula Gedung Bhinneka Tunggal Ika tersebut. Kewenangan ini sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Terhadap pihak yang tanpa kewenangan memviralkan hasil pengujian, maka tindakan tersebut termasuk sebagai pelanggaran dan  akan ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku termasuk proses pro-justitia. Sesuai ketentuan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, pihak yang dengan sengaja atau tanpa hak menggunakan rahasia dagang pihak lain dapat dikenakan dengan ancaman pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp300 juta.

Selain itu, influencer/content creator kosmetik juga seringkali memberikan pernyataan “approved” terhadap produk yang diulasnya. Hal tersebut termasuk bentuk pelanggaran karena dapat membingungkan dan memengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih kosmetik yang akan digunakan.

“Hanya BPOM sebagai lembaga yang diberikan otoritas untuk melakukan pengawasan, yang berhak menyatakan “approved” terhadap produk kosmetik. Perizinan dan pengawalan setelah kosmetik beredar merupakan satu kesatuan yang kewenangannya melekat pada otoritas, yaitu BPOM. Untuk itu, BPOM akan melakukan penertiban terhadap pihak yang menyatakan ”approved produk kosmetik,” tegas Taruna Ikrar.

Sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab mengawasi peredaran kosmetik, BPOM berkomitmen untuk menjalankan tugas dan fungsinya tanpa pengecualian terhadap seluruh pihak yang terlibat dalam peredaran kosmetik. Langkah yang dilakukan BPOM meliputi intensifikasi pengawasan, penindakan kejahatan, bimbingan teknis bagi pelaku usaha, serta komunikasi, informasi, dan edukasi bagi masyarakat tentang kosmetik yang aman, bermanfaat, dan bermutu.

”Secara rutin telah menyampaikan hasil pengujian kosmetik yang membahayakan kesehatan setelah melalui serangkaian kegiatan pengawasan yang komprehensif. Terungkapnya pelanggaran peredaran kosmetik injeksi, kosmetik stamina, dan kosmetik mengandung bahan berbahaya, seperti kosmetik merek Lameila, membuktikan BPOM telah bekerja walaupun belum viral di media sosial,” lanjut Taruna Ikrar.

Kepala BPOM mengajak para influencer/content creator kosmetik untuk lebih fokus dalam mengedukasi masyarakat dan menyingkirkan motif lain dari publikasi yang dilakukannya, seperti persaingan bisnis, mengejar popularitas, atau mengambil keuntungan. Adanya motif lain tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya pelanggaran yang meresahkan masyarakat termasuk persaingan yang tidak sehat di antara pelaku usaha kosmetik dalam negeri.

Maraknya reviu dari influencer/content creator kosmetik dapat memengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk kosmetik lokal, apabila dilakukan secara tidak tepat. “BPOM tentu tidak akan tinggal diam terhadap hal ini. Kami akan menggandeng pihak Kepolisian Negara RI dalam menertibkan pelanggaran reviu kosmetik yang tidak komprehensif dan tidak sesuai ketentuan ini. Yang kami lakukan ini agar tidak menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat dan berisiko menurunkan daya saing produk kosmetik lokal,” ujar Taruna Ikrar lagi.

Dalam kesempatan ini, BPOM juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para influencer/content creator kosmetik karena telah turut berkontribusi mengedukasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pemilihan dan penggunaan kosmetik yang aman, bermanfaat, dan bermutu. Hal tersebut tentu sejalan dengan misi BPOM untuk mencerdaskan masyarakat agar dapat secara mandiri melindungi diri dari bahaya produk kosmetik ilegal dan/atau mengandung bahan berbahaya.

Melalui dialog interaktif ini, BPOM akan memperkuat program kemitraan dengan para influencer/content creator kosmetik untuk menghasilkan publikasi yang mengedepankan edukasi kepada masyarakat. Tidak hanya itu, BPOM juga mengajak media dan pemangku kepentingan lainnya untuk turut menyebarluaskan informasi yang benar dan mengedukasi terkait keamanan, manfaat dan mutu kosmetik, sekaligus mendukung daya saing kosmetik dalam negeri.  Masyarakat juga diimbau untuk menjadi konsumen cerdas dengan selalu mencermati dan menerapkan Cek KLIK (cek Kemasan, Label, Izin edar, dan tanggal Kedaluwarsa) terhadap pilihan produk kosmetik yang akan dibeli atau digunakan.

“BPOM percaya bahwa sinergi antara pemerintah, influencer/content creator kosmetik, media, dan masyarakat akan menjadi kunci untuk memastikan perlindungan konsumen sekaligus mendukung perkembangan industri kosmetik nasional yang berkelanjutan,” tukas Kepala BPOM. [bppom]

Jakarta – Apa penyakit di Indonesia yang paling tinggi menyebabkan kematian? Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menunjuk dua penyakit, yakni stroke dan jantung. Hal ini dikatakan Budi di Jakarta, Kamis, 16 Januari lalu. “Itu paling banyak membunuh di Indonesia,” kata Budi. Jumlahnya mencapai satu setengah juta kasus per tahun.

Budi meminta masyarakat tak meremehkan gejala dua penyakit itu. Ia menunjuk salah satunya adalah tekanan darah yang harus di bawah 130/90 setiap hari. ” Kalau sudah lebih dan didiamkan, 3,4,5 tahun bisa stroke dan jantung,” ujarnya. Ia meminta jika mengalami gejala itu segera minum obat yang ada di Puskesmas dan gratis.

Menurut Budi, hal lain yang harus dijaga adalah tekanan darah, kadar gula darah di dalam tubuh yang harus di bawah 200. Menurut dia, jika di atas angka itu akan berisiko.

Yang lain, adalah kadar kolesterol mesti di bawah 100 untuk mencegah terjadinya serangan stroke dan jantung hingga tiga atau empat tahun mendatang.
Ia juga memperingatkan perihal lingkar perut. Menurut dia, misalnya pria bawah 90 cm, celana ukuran jeans 33-32 dan kalau perempuan di bawah 80 ukuran celana 30-31. Kalau di atas, kata Budi, risiko serangan lebih besar. (li)

Menteri Kesehatan Budi Gunadi meminta masyarakat tidak panik atas munculnya Virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang kini disebut telah ditemukan di Indonesia. Budi menekankan virus ini berbeda dengan virus Covid-19.
“Sistem imunitas manusia sudah lama mengenal HMPV, dan tubuh dapat meresponsnya dengan baik. Berbeda dengan Covid-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV tidak menyebabkan masalah besar selama ini,” kata Budi dalam keterangan resmi, Senin, 6 Januari 2025.

Menurut dia walau virus ini terdeteksi pada anak-anak di beberapa laboratorium ia meminta masyarakat tidak perlu panik karena HMPV virus yang sudah lama dikenal dalam dunia medis. “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia. Kalau dicek apakah ada, itu memang ada. Saya sendiri melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak terdeteksi HMPV,” kata dia.

Mengenai laporan meningkatnya kasus HMPV di Cina, Budi mengatakan informasi tersebut tidak akurat. Ia menjelaskan bahwa peningkatan kasus flu adalah hal biasa di negara empat musim, seperti Cina. Menurut dia, hal itu merupakan fenomena yang lazim saat musim dingin.

“Saya sudah lihat datanya. Yang naik di Cina itu bukan HMPV, melainkan virus tipe H1N1 atau flu biasa. HMPV hanya menempati peringkat ketiga dari sisi prevalensi di sana, jadi kekhawatiran tentang HMPV yang memuncak itu tidak benar,” kata Budi. (lok)

 

POST TAGS: